Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menggelar Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syura, atau Nama Sejenis Lainnya dari Negara-Negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (International Conference of Speakers of Consultative Assembly, Shura Council or Other Similar Names of The Organization of Islamic Cooperation Member States) di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, pada 24-26 Oktober 2022. Konferensi ini sebagai curah pendapat pembentukan Forum MPR Dunia atau nama lain yang nanti disepakati para delegasi.
Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Sjarifuddin Hasan, SE, MBA, menyebutkan kehadiran Forum MPR Dunia akan melengkapi dan menguatkan peran Indonesia di berbagai organisasi dunia seperti Perserikatan Bangsa Bangsa, Organisasi Kerjasama Islam, Liga Muslim Dunia. Keberadaan forum ini harus didorong agar lebih mendunia sehingga Indonesia sebagai penggagas utama Forum MPR Dunia kembali memainkan peran sentral dalam organisasi dunia dan gerakan internasional.
“Dulu, pendahulu kita pernah menggagas ASEAN, Gerakan Non blok, sampai yang fenomenal yakni Konferensi Asia Afrika. Saatnya kita menggagas kembali organisasi internasional yang lebih luas cakupannya, lebih inklusif, dan lebih berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah global,” kata Syarief Hasan, di Jakarta, kemarin.
Menurut Syarief Hasan, bila Forum MPR Dunia terbentuk dan bisa berperan aktif di dunia internasional maka ini merupakan kebanggaan bagi rakyat karena MPR RI mampu memberikan kontribusi buat rakyat Indonesia maupun masyarakat dunia. “MPR mampu membawa musyawarah ke tingkat Internasional. Dan mudah-mudahan Forum MPR Dunia bisa menjadi torehan dalam perjalanan sejarah dunia saat ini maupun masa yang akan datang, sejajar dengan KAA, Gerakan Non Blok, ASEAN, yang mengharumkan nama bangsa Indonesia hingga kini,” katanya.
Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat ini menambahkan inisiasi MPR untuk membentuk Forum MPR Dunia atau nama lainnya adalah representasi dari amanah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. “Pada awalnya forum ini bernama Majelis Syuro Dunia, namun untuk tujuan yang lebih besar memfasilitasi MPR dunia maka tercetuslah World Forum Peoples Consultative Assembly (Forum MPR Dunia),” jelasnya.
Forum ini, lanjut Syarief Hasan, menjadi wadah berhimpunnya MPR dari berbagai negara yang memiliki sistem dua kamar, terutama negara-negara berpenduduk muslim. Negara yang mempunyai sistem majelis permusyawaratan, majelis syura, atau nama sejenis lainnya bisa bergabung dalam forum ini. Negara-negara anggota kerja sama Islam memang menjadi sasaran awal untuk bergabung dalam forum ini. Negara-negara di luar anggota kerja sama Islam juga bisa bergabung karena masalah dunia dirasakan semua warga tanpa melihat agama dan sistem politiknya.
“Saya mendorong agar Forum MPR Dunia ini tidak hanya pada negara-negara Islam, tetapi diperluas ke negara-negara lain agar terjadi kolaborasi untuk tatanan dunia yang harmonis dan berkeadaban serta untuk menyelesaikan masalah global,” ujarnya.
Syarief mengakui memang sudah ada lembaga kerja sama antar parlemen, namun belum ada lembaga kerja sama antar majelis permusyawaratan atau majelis syura, atau lembaga sejenis lainnya. “Saya rasa lembaga atau organisasi seperti Forum MPR Dunia mesti ada dan tetap penting. Sebab, forum ini akan menyempurnakan kerja sama parlemen yang sudah ada. Jika perbincangan masalah dunia di forum lain tidak mencapai titik temu maka di Forum MPR Dunia bisa lebih disempurnakan. Kerja sama tidak hanya DPR saja, tapi juga majelis permusyawaratan atau majelis syura, atau nama sejenis lainnya juga harus dimaksimalkan,” paparnya.
“Masalah global seperti isu perdamaian, keamanan, demokrasi, HAM dan toleransi, kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan kesenjangan pembangunan, perlu disikapi secara serius dengan melibatkan negara maju dan berkembang dengan berbagai sistem parlemennya masing-masing,” imbuhnya. (Edi/Red)