Jacob Ereste :
Sungguhkah Pemilu Di Indonesia Hasilnya Sudah Bisa Diketahui Sebelum Pemilihan Suara Dilakukan ?
Seperti geguyonan orang Jawa, orang Bule pun punya sanepo yang tak kalah tajam menyayat hati kita. Orang Bule itu bilang : negara mana saja yang memiliki sistem Pemilu yang efektif dan efisien, katanya seraya menyebut Somalia hanya butuh 20 sampai 30 hari untuk dapat mengetahui hasilnya.
Di Amerika hanya dalam waktu beberapa jam saja hasil Pemilunya sudah dapat diketahui. Di Indonesia, justru sebelum pemulihan dilakukan, hasilnya sudah bisa diketahui sebelumnya.
Sanepo orang Bule terkesan lucu sekaligus ironis, karena dia seakan menyindir cara Pemilu di Indonesia yang penuh rekayasa. Sebab hasil Pemilu di Indonesia mungkin bisa diketahui juga hasilnya tanpa dikakukan pencoblosan. Lalu adakah geguyon ini yang menjadi pertimbangan agar sejumlah kandidat — tak cuma untuk Pilpres misalnya — mau mengaca diri ?
Hingga sungguh kita bisa mengenali wajah kita yang sejati. Atau, memang kita sendiri sudah memahami aslinya wajah itu yang memang berada dibalik topeng ?
Agaknya, ini pula bagian dari ketakutan sebagian orang untuk menghadapi Pemilu Presiden, legislatif maupun sejumlah kepala daerah yang sudah digantikan oleh pejabat yang baru tanpa melalui proses pemilihan seperti ketika yang bersangkutan dulu menempuh prosedur untuk menduduki jabatannya itu.
Proses penentuan sejumlah pejabat pengganti Gubernur, Walikota maupun Bupati yang cukup banyak jumlahnya itu, seperti luput dari perhatian publik, utamanya dalam konteks Pemilu yang harus dilakukan pemilihan secara jujur, adil, demokratis dan beretika. Jadi mungkinkah dengan cara itu tidak akan merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lain, sehingga asas keadilan tidak bisa diharap akan terwujud dalam Pemilu yang dibanggakan sebagai bentuk pests demokrasi yang sesungguhnya ?
Sejumlah pertanyaan yang mengganjal serupa itu akan membuat kericuhan dan kegaduhan yang sangat potensial menimbulkan kerusuhan. Setidaknya, dapat segera dibayangkan ketika satu pihak memaksakan kehendak agar dapat memenangkan pertarungan dalam Pemilu 2024 yang sangat terasa terus meningkat suhunya, maka tidak mustahil letupan akan terjadi dalam frekuensi yang sulit diukur hingga meluas.
Oleh karena itu, wanti-wanti sejak awal supaya masing-masing pihak bisa menahan diri untuk tidak bertindak secara berlebihan, sebab masing-masing kelompok selalu saja ada elemen yang gampang tersulut dan mempunyai hasrat melakukan serangan balasan. Meski sebetulnya reaksi semula itu sendiri tidak sama sekali dimaksudkan serangan. Kondisi yang rentan menjelang maupun setelah Pemilu 2024 menghasilkan suatu kepastian, patut diwaspadai oleh segenap aparat keamanan dan penegak hukum, supaya hal-hal yang tidak fiinginkan terjadi dapat diantisipasi sejak dini.
Kerentanan dari kondisi pra dan paska Pemilu 2024 yang rawan ini dapat dipantau dalam riak gelombang yang terjadi setiap hari, sehingga situasi yang terbentuk jadi semakin mencemaskan. Toh, indikasi dari apa yang terjadi pada tingkat bawah di berbagai daerah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk terus dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai kemungkinan yang dipantik oleh mereka yang menginginkan timbulnya suasana kacau. Sebab bagaimanapun, tetap diantaranya yang berharap dapat memancing di air keruh. Atau sekedar ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Banten, 29 Oktober 2023