Jacob Ereste :
Program Ziarah Spiritual dan Temu Persaudaraan Antarumat Beragama Sedunia Yang Digagas GMRI Selaras Dengan Dokumen Abu Dhabi
Dokumen tentang Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, terangkum dalam dokumen yang ditanda tangani di Abu Dhabi dalam perspektif agama dan kepercayaan masing-masing dengan segala kekayaannya.
Dalam versi Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), nilai-nilai persaudaraan manusia untuk perdamaian dan hidup bersama merupakan hal yang terkandung dalam ajaran semua agama dan kepercayaan. Nilai-nilai ini wajib diimplementasikan dalam kehidupan.
Dokumen Abu Dhabi ini cukup penting untuk diketahui, karena bukan saja isinya, tetapi juga ditanda tangani bersama oleh Paus Fransiscus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayyeb, di Madjid Founders Memorial Abu Dhabi pada Februari 2019
Harapan besar terhadap dokumen Abu Dhabi ini dapat menjadi awal dari gerakan kreatif yang dapat dirancang dan dilaksanakan bersama oleh komunitas lintas iman seperti yang sedang dipersiapkan GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang ingin melaksanakan pertemuan akbar persaudaraan lintas agama di Indonesia dalam waktu dekat. Demikian ungkap Sri Eko Sriyanto Galgendu yang terus membangun komunikasi kepada berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun jaringan yang ada di berbagai manca negara.
“The Document on Human Fraternity for World Peace in Living Together” ini dilandasi oleh alasan sebagai dokumen yang terbilang revolusioner dengan kelugasan bahasa yang mendobrak pemikiran seputar relasi lintas agama dengan berbagai tantangannya. Kecuali itu, dokumen ini ditandatangani oleh Paus Fransiscus, petinggi agama Katolik sedunia dan Dr. Ahmed Al-Tayyeb, Imam Besar Al-Azhar. Tentu saja sejarah yang meliputi situasi dan kondisi yang terjadi dan menjadi latar belakang lahirnya dokumen kesepakatan bersama ini sangat menarik dan perlu dipahami sebelumnya, untuk memahami kesepakatan yang luar biasa dari Dokumen Abu Dhabi ini untuk dunia agar dapat semakin terasa harmoni dan damai.
Meskipun dalam dokumen lain dapat juga diketahui bahwa relasi dan kerjasama antara Vatikan dan Al-Azhar sudah ada sejak tahun 1998, seperti yang ditanda tangani dalam bentuk Kerja sama Antaragama Monoteistik yang permanen pada 28 Mei 1998 di Vatikan.
Dalam wejangannya, Paus Yohanes Paulus II, 29 Mei 1998 di Istana Kepausan Vatikan, menyatakan dukungan Gereja Katolik se dunia terhadap inisiatif kerja sama ini. Bahkan juga menekankan pentingnya kerja sama antarumat beragama untuk menumbuh kembangkan relasi persahabatan — persaudaraan — antara umat Katolik dan umat Islam yang sudah menjadi kesepakatan bersama ini.
Dasar-dasar kerohanian inilah yang harus senantiasa ditonjolkan untuk menjalin relasi yang lebih rukun dan damai di dunia ini. Untuk itu, pertemuan rutin dua tahunan akan terus dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan yang perlu dijaga bersama.
Krisis relasi seperti diungkap oleh Markus Solo Kewuta SVD (hal 11), situasi memanas bahkan berdarah di berbagai tempat di dunia, bermula pada 12 September 2006, setahun setelah pengangkatan Paus Benediktus XVI, ketika memberi kuliah umum di Regensburg, Jerman. Ia mengutip sebuh buku yang menyinggung perasaan umat Islam. Akibatnya, 138 Alim Ulama Islam sejagat menulis surat berjudul “A Common Word” kepada Paus Benediktus XVI. Hingga kemudian melahirkan Forum Katolik-Muslim (Katolik-Muslim Forum atau KMF) yang bertemu pertama kali pada 4-6 November 2008 di Vatikan. Forum ini bertugas membahas surat terbuka Alim Ulama Islam sejagat itu, hingga berhasil memulihkan relasi yang baik dan harmoni dalam sudah pertama Forum Katolik-Muslim di Vatikan dan pada forum kedua di tepi Sungai Yordan, Yordania pada Oktober 2011.
Langkah-langkah Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI telah membuka kalan bagi Paus Paulus II untuk memulai dialog lintas agama yang lebih dinamis dan dengan daya jangkau yang lebih luas. Era keterbukaan ikut mendorong Paus Paulus II menyelenggarakan Hari Doa Sedunia Untuk Perdamaian di Assisi pada 27 Oktober 1986. Momen bersejarah ini erat kaitannya dengan ziarah perdamaian.
Dalam versi M. Quraesh Shihab, Dokumen Abu Dhabi didahului oleh Konferensi Internasional tentang Persaudaraan Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Majlis Hukama Al-Muslimin (Council of Muslim Elders) yang diketuai Imam Besar Al-Azhar yang beranggota ulama dan cendekiawan dati berbagai negara. Acara Konferensi dihadiri oleh berbagai tokoh dari berbagai agama dari berbagai negara untuk menemukan cara terbaik yang efektif guna mengukuhkan pergaulan dan persaudaraan internasional.
Penjelasan singkat dan tanggapan Dokumen Abu Dhabi yang diterbitkan oleh Obor dan disebarkan secara meluas oleh Konferensi Waligereja Indonesia ini mendapat sambutan dari para tokoh agama di Indonesia. Diantaranya adalah Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah, M. Quraish Shihab, Cendekiawan Muslim dan Mantan Menteri Agama Kabinet Pembangunan VII,
Imam Pituduh, Wakil Sekreraris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum Persrkutuan Gereja-gereja di Indonesia, Julianus Mojau, Dosen Fakultas Teologi Universitas Halmahera, Markus Solo SVD, Staf Dewan Kepausan Untuk Dialog Antarunat Beragama desk Iskam di Asia Pasifik, juga Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate untuk Pendidikan Perdamaian di Tahta Suci Vatikan, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, Bhikkhu Dhammasubho Mahatera yang juga dikenal sebagai budayawan Jawa, Engkus Ruswana Ketua Presidium I Majelis Luhur Kepercayaan Tehadap Tuhan YME Indonesia, dan Ketua Umum Organisasi Penghayat Kepercayaan “Budi Daya”, dan MGR. Y. Harun Yuwono, Uskup Keuskupan Tanjung Karang, Lampung yang juga menjabat Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (Komisi Hak) KWI serta XS. Budi S. Tanuwibowo, Ketua Umum Dewan Kerohaniawan / Pimpinan Pusat Matakin (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia.
Program ziarah spiritual dan pertemuan persaudaraan antarumat beragama se dunia yang akan di Indonesia — Jakarta, Yogyakarta dan Bali — sudah mendapat sambutan dari berbagai pemangku kepentingan seperti yang digagas GMRI dengan motor penggerak utamanya Sri Eko Sriyanto Galgendu. Dari acara ziarah dan pertemuan antarumat beragama ini diharap memberi nilai tambah dalam animo wisatawan dunia ke Indonesia yang memiliki nilai-nilai spiritual yang tinggi hingga mampu menuntun umat beragama mendekatkan diri kepada Tuhan.
Banten, 7 Oktober 2023