
TRI TANGTU merupakan sebuah konklusi-meditatif yang telah dicetuskan oleh para leluhur atau karuhun Sunda,
” totalitas ” dalam kehidupan merupakan ciri utama konsep ini, pembagian masyarakat menjadi TIGA kelompok dilakukan bukan untuk membedakan !,
Melainkan untuk meneguhkan posisi dan jati diri setiap individu. RESI, RAMA dan RATU menjadi tiga lembaga , berperan dalam mensejahterakan masyarakat,
“Ngaping, Ngajaring, Ngaheuyeuk, Ngaasih, Ngasah, Ngaasuh “,
pola ini lahir sebagai pengejawantahan kebersamaan dan persamaan manusia dengan kosmos ( alam raya ),
Manusia “Sunda” ( Insan Kamil ) bisa dikatakan sebagai penumbuh akar kebudayaan dan peradaban dunia ini,
yang berasal dari ” satu sumber dan ajaran ” sebagai software di alam semesta ini.
Software kosmos akan dikatakan sebagai perangkat lunak terpercaya ketika ada jalinan berkesinambungan dengan hardwarenya ( perangkat keras ), jika terjadi benturan atau konflik antara keduanya maka bisa dipastikan keharmonian semesta akan berubah menjadi anomik ( penyimpangan ),
Penyebab utama lahirnya ketimpangan di masyarakat adalah karena hilangnya atau berubahnya nilai-nilai harmoni antara diri manusia dengan semesta dan lingkungan sekitar, dan akibatnya anomik manusia lahir karena paksaaan yang berasal dari luar dirinya ketika manusia ingin menjadi dirinya sendiri …
SYAHALAM
GELEUMEUNG HIDEUNG
WIJ@YA KUSUM@H🪷