Mana bisa tata cara hidup kita dirombak habis-habisan dengan tradisi masyarakat gurun pasir yang “tidak kenal” budaya mencintai hutan dan lautan ..!?,
Sebagaimana alam ini yang selalu jujur,
tidak pernah bohong, tidak pernah menyisakan secuil pun ketidak adilan !
para tetua, karuhun, leluhur kita di zaman dulu,
Kiranya juga pernah mengalami kebingungan yang sama dengan kita di masa sekarang ini, tapi mereka lebih cerdas jiwanya, ….
Sehingga hanya percaya kepada hukum alam, sebab alam mampu memberikan ajaran yang jujur, alam tidak pernah bohong, itulah sebabnya, dahulu kala,
Para leluhur kita mengakui adanya
“ kitab suci ” asli yang dinamakan
” SASTRA JENDRA HAYU NINGRAT ”
“Su-Astra-Ajian-Ra-Hayu-ning-Ratu
Sinar Sejati Ajaran Matahari/Sunda
Kebaikan dari Sang Ratu” atau “Penerang yang Abadi Ajaran Matahari,
Kebaikan dari Sang Maharaja” atau
“Sinar Ajaran Matahari Abadi atas Kebaikan dari Sang Penguasa/ Ratu/ Maharaja Nusantara”.
Sekaligus menjadi nilai-nilai kearifan lokal, yang isinya hanya sederhana saja, untuk ” _ Mamemayu Hayuning Rat “,
NING ing RAT ;
hening, untuk tunduk patuh kepada hukum RAT, “ kodrat tuhan ” atau hukum jagad raya seisinya, serpihan dari “ pustaka pusaka ” itu menjadi sisa-sisa kearifan lokal !
Yang disebut HASTA BRATA, yaitu perilaku manusia yang selalu mulat laku jantraning bumi, menauladani sifat-sifat dari 8 unsur alam.
Hasta Brata merupakan ” serat kehidupan ” yang masih bisa diselamatkan dari berbagai upaya penghancuran, sebab serat itu tidak berujud buku atau pun kitab literal yang disimpan di lemari perpustakaan internasional.
Namun tersimpan rapat dalam sanubari setiap insan, sebagai
” kitab sajroning dada”, dan hanya mereka yang mau membuka serta mampu membacanya yang akan tau apa isinya ….
SYAHALAM
Dimana Bumi Ku Pijak
Disitu Langit Ku Junjung
WIJ@YA KUSUM@H🪷