Tradisi maupun budaya lomba yang digagas dan dilakukan Humas Polri dalam acara peringatan HUT ke 71, sungguh baik dan mempunyai nilai positif serta multi efek untuk memotifasi dan menggairahkan masyarakat maupun instansi Kepolisian sendiri agar dapat terus meningkatkan kualitas kerjanya.
Pertama nilai positifnya adalah membangun sikap terbuka dari pihak Polri serta untuk memperoleh masukan, ide serta gagasan guna menjaga citra Polri yang harus dapat terus berbenah, bersih, terpercaya dan berwibawa dalam upaya melindungi dan mengayomi serta melayani masyarakat.
Sayangnya info tentang pelaksana
Lomba Menulis Berita dan Artikel tentang Polri untuk wartawan yang dilansir pekan ini untuk HUT ke 71 Humas Polri yang bertema bebas, terkesan belum dilakukan dengan serius.
Padahal, suatu perlombaan itu diharap mampu memacu segenap kreatifitas dan aktivitas kerja untuk melakukan yang terbaik, tak kecuali bagi diri sendiri maupun orang banyak.
Kesan tidak seriusnya pelaksanaan lomba menulis berita dan artikel tentang Polri ini, tamoak dari informasi awal yang kurang lengkap, termasuk tidak mudah untuk diakses, sehingga akibatnya menjadi sulit dimengerti bagi mereka yang berminat dan menaruh perhatian untuk ikut menyumbang saran maupun masukan demi perbaikan institusi Polri yang sangat diperlukan keberadaannya bagi warga masyarakat.
Apa yang disebut periode dalam lomba penulisan berita dan artikel ini antara 5 – 18 Oktiber 2022 tidak jelas, apakah untuk waktu penulisan atau batas waktu pengiriman naskah yang hendak diikutsertakan dalam lomba.
Jika pada periode antara 5 – 18 Oktobet ini adalah waktu penulisan, maka tenggang waktunya terlalu singkat bagi peserta yang ingin menyertakan karya tulisnya guna agar dapat mempersiapkan karyanya yang terbaik, kecuali periode tersebut maksudnya ingin memberi kebebasan untuk menyertakan karya yang telah ditulis pada waktu sebelum lomba dibuka.
Ada baiknya juga, lomba yang sangat positif ini diperuntukkan juga bagi karya tulis (berita maupun artikel) yang sudah dibuat sebelumnya, baik yang sudah termuat di media masa maupun yang belum dipublikasikan sama sekali kepada publik.
Karena itu, panitia penyelenggara pun perlu kerja ekstea keras. Misalnya untuk menggeledah semua media massa yang ada (cetak dan online) untuk dapat mengkoleksi, kemudian menyortir sejumlah karya tersebut sesuai dengan klasifikasi yang hendak dinominasikan, untuk kemudian diunggulkan sebagai karya pilihan.
Tentu saja untuk penilaian karya terbaik ini dapat dilakukan dengan klasifikasi nilai utama dan seterusnya untuk dapat masuk jadi nominal unggulan, sehingga selanjutnya dapat diberi penilaian oleh Dewan juri yang mumpuni dan jujur tanpa tendensi untuk melakukan perselingkuhan.
Semua penilaian karya dari peserta lomba harus bisa dilakukan secara berjenjang, agar bobot dari karya yang dipilih dapat menjadi takaran kualitas sekaligus gengsi prestisius juga dari pihak penyelenggara.
Dalam hal penghargaan pun, tidak ada salahnya pihak Kepolisian yang memiliki cukup materi dapat memberi juga — disamping piagam penghargaan misalnya — adalah alat tulis berikut insentif sehingga memberi peluang bagi mereka yang menerimanya guna dapat lebih mengembangkan bakat serta minat mereka secara lebih maksimal.
Kesan kurang seriusnya lomba penulisan tentang Polri ini, misalnya untuk mengetahui lebih jelas tentang syarat, cara pengiriman serta jumlah serta panjang karangan atau tulisan. Lalu kapan akan diumumkan serta apa hadiahnya.
Jadi bentuk hadiah pun seperti alat kerja akan sangat besar memberi motivasi dan memberi manfaatnya bagi peserta lomba — tak hanya sekarang– tapi juga pada kesempatan yang akan datang. Namun yang tak kalah ideal Polri perlu memiliki tim khusus Humas yang melakukan pemantauan bagi semua pemberitaan maupun ulasan dari perorangan di media massa cetak maupun online untuk kemudian, memberi semacam reward (penghargaan) untuk mereka yang berada di luar institusi Polri. Sehingga dengan begitu, jalinan kerja sama untuk terus bersinergi — dalam arti saling memberi dan menerima — dapat terjalin langgeng.
Nilai positifnya lomba karya tulis ini juga bisa dipahami untuk menekan budaya hoax di media sosial yang sulit diatasi oleh Kemenkominfo, sehingga seakan tidak berdaya untuk melakukan apa-apa, utamanya terhadap fotografi dan perjudian online yang marak dalam media sosial.
Tim Humas Polri pun bisa menjaring bakat dan minat penulis pemula melalui media massa — utamanya online yang berbasis jnternet — untuk memotivasi kerja kreatif mereka dengan pemberian reward secara berkala, misalnya saat ulang tahun instansi yang ada di tubuh Polri.
Momentum lomba penulisan yang sangat tepat untuk melakukan gerak reformasi yang tampak serius tengah dilakukan Kapolri pasca peristiwa “Drama Dari Duren Tiga” dan insiden di Stadion Kunjurihan, Malang, Jawa Timur perlu terus dilakukan dengan berbagai langkah dan cara yang serius. Sebab pihak Kepolisian sendiri yang tengah dirundung Malang pada akhir-akhir ini, perlu segera memulihkan kepercayaan publik untuk mengemban tugas dan fungsinya yang mulia untuk menjaga, mengayomi dan melayani warga masyarakat tanpa kecuali.
Upaya Kepolisian dalam memotivasi warga masyarakat mengikuti lomba penulisan tentang Polri, merupakan pilihan yang sangat positif untuk terus dilakukan dan dikembangkan. Sebab dengan begitu peran serta dan sikap perduli warga masyarakat terhadap Polri akan terus setia menjadi kontrol dan partner yang menyegarkan. Sehingga marwah Polri pun dapat dijaga bersama.
Banten, 8 Oktober 2022