Jakarta // megaposnews.com – (19/10/2022) Topik diskusi perdana spirit dari Posko Negararan resmi dimulai pada 18 Oktober 2022 dengan makasih di Jl. Ir. H. Juanda No. 4 Jakarta Pusat oleh Eko Sriyanto Galgendu yang beranjak dari topik kegaduhan yang terjadi silih berganti dalam sebulan terakhir, hingga membuat kenyamanan dan rasa keamanan warga masyarakat jadi terngganggu.
Topik dari diskusi Posko Negarawan kata Dharmo LMP yang bertindak sebagai moderator memang cukup menarik beranjak dari berbagai kegaduhan yang terus menerus terjadi terjadi silih berganti di negeri ini, setidaknya mulai dari “Drama Dari Duren Tiga”, “Kasus Ijazah Palsu” hingga dukungan pada Capres sampai masalah “Polisi Berdagang Narkoba” yang membuat sock kejiwaan warga masyarakat.
Profesor Yudhi menandai soal politik di Indonesia tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Begitu juga ekonomi pun dalam teorinya tidak mampu mengarasi ragam soal yang mendera masyarakat.
Karena itu yang menjadi alternatif pilihan hanya masalah mental dan moral dengan spiritual. Karena dalam kurikulum pendidikan yang dilakukan tidak membumi pada jati diri bangsa. Seperti sekolah yang jelas diselenggarakan di kawasan pertanian tidak memiliki keterkaitan dengan pertanian. Bahkan anak-anak di sekolah kita tak bisa berenang. Padahal, kata Prof. Yudi kita hidup di negeri agraris dan maritim. Dimana lahan pertanian cukup luas, dan laut menghampar luas dan sungai pun sangat bagus dan banyak.
Menurut Profesor Yudi sebagai salah seorang dari konseptor revolusi mental atau pun revolusi moral yang dilontarkan Presiden Joko Widodo sebagai salah satu program unggulannya, toh tidak terwujud. Karena sekolah yang seharusnya menjadi semacam smart city, tidak bisa diwujudkan. Kecuali itu, orientasi dalam membangun bangsa juga tidak dapat terlaksana sebagaimana amanat UUD 1945.
Hendrajit yang membedah jati diri bangsa, melihat keterpautannya dengan konsep yang mencuat dalam sidang BPUPKI seperti adanya entitas bangsa Indonesia yang termuat dalam geopolitik. Jadi asal usulnya erat berkaitan dengan sejarah, sosio-budaya dan persatuan dalam menghayati cita-cita luhur bangsa. Adapun inti dari Pancasila yang dirumuskan Soekarno adalah nasionalisme anti kolonial. Masalah ekonomi dapat diatasi dengan sosialisme, sedangkan untuk masalah politik harus dihadapi oleh budaya.
Dalam dimensi spiritual, kata Romo Sunardjo, implentasi ibadah itu sesunguhnya adalah memberi, menghibahkan, mengabdikan dan berbagi dengan tulus dan ikhlas untuk orang lain, Karena itu revolusi mental dan moral itu masuk wilayah spiritual.
Dari pengalaman semasa kuliah di Amerika, konsep Omnibus Law itu dibahas secara serius, tetapi sampai sekarang, bertahun-tahun lamanya belum juga disahkan, karena di Amerika kajian dilakukan dengan serius. Tapi di Indonesia hanya dalam tempo singkat Omnibus Law bisa langsung disahkan dalam waktu singkat. Jadi memang, cara melakukan tata kelola negara akan sangat besar dampaknya bagi karakter biuilding bangsa, tandas aktivis gaek ini.
Tommy Adiansyah, justru neyakini untuk memasuki wilayah spiritual harus dilatih secara terus menerus deengan segenap empati bagi setiap orang. Karena jika tidak dilatih, maka laku spiritual tidak bisa dijadikan cara untuk menata hidup dan kehidupan masa depan bangsa yang sudah terkoyakl moyak tidak karuan bentuknya.
Karena menurut dia, sifat homo sapien tidak bisa diubah dalam waktu sekejap dengan cara membuat takut pada dosa, apalagi dengan dogma. Jadi Pancasila yang diharap bisa diamalkan, tandas Tommy Adiansyah harus dikskukan berilang-ulang.
Dalam konteks ini, tentu peranan BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila) perlu digeledah serta dikritisi apa saja yang sudah dilakukan.
Jadi pelatihan agar menjadi kebiasaan harus dilakukan secara tekun dan berulanf-ulang. Lalu adakah BPIP telah maksimal menunaikan tugas dan fungsinya ?
Eko Sriyanto Galgendu menyambut baik wacana Profesor Yudi untuk membangun Universitas Nusantara dengan rincian sembilan Fakultas yang akan mencetak generasi bangsa masa depan untuk memiliki jati diri dari warisan para leluhur Nusantara. Satu diantaranya adalah sejarah peradaban masa silam suku bangsa Nusantara yang telah bersatu dalam NKRI, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karenanya konsep Brobudur yang memiliki muatan seni, ilmu dan pengetahuan serta panduan bagi masa depan bangsa, layak menjadi taman Nusantara, kata Prof. Yudi untuk semua Komplek Percandian yang masuk dalam perencanaan pembangunan lewat Universitas Nusantara.
Konservasi budaya yang ideal seharusnya dapat dikembangkan tak cuma sekedar menjaga cagar budaya supaya tidak punah. Maka itu, upaya untuk memberdayakan budaya agar dapat berkembang agar tidak cuma sekedar menjadi nostalgia sejarah masa lalu bangsa Nusantara yang pernah berjaya di masa lampau itu, dapat terus dikembangkan, minimal menjadi obyek wisata spiritual seperti yang digagas Eko Sriyanti Galgendu lewat GMRI (Gerajan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang diamanahkan oleh para tokoh bangsa.
Spirit dari Forum Negarawan dalam acara Ngopi Bareng ini sudah diniatkan untuk berlangsung rutin minimal sekali dalam sebulan, kata Eko Sriyanto Galgendu saat menutup acara. Sedangkan di sejumlah Posko lainnya akan dilakukan juga seperti di Bekasi dan Bogor serta Tangeran yang sedang dalam persiapan. (Edi/**)
Jakarta, 18 Oktober 2022