Peran perempuan, kesetaraan dan generasi muda disepakati menjadi bagian isu yang diperjuangkan bersama lewat Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia.
“Isu inklusivitas, kesetaraan perempuan dan generasi muda menjadi bagian semangat pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Dunia dalam rangka meningkatkan kerja sama antarnegara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi negara-negara anggota,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/10).
Lestari, bersama seluruh pimpinan MPR RI, yang dipimpin Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo menjadi tuan rumah International Conference of Speakers of Consultative Assembly, Shura Council or Other Similar Names of the Organisation of Islamic Cooperation Member States, yang berlangsung pada 24-26 Oktober
di Bandung, Jawa Barat.
Konferensi internasional pimpinan dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, atau lembaga sejenis MPR /Consultative Assembly yang menginisiasi terbentuknya Forum Majelis Permusyawaratan Dunia itu, ungkap Rerie, sapaan akrab Lestari, dihadiri 15 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), termasuk Mozambiq yang penduduk muslimnya minoritas.
Rerie berpendapat, untuk memperjuangan sejumlah isu, termasuk peran perempuan, kesetaraan dan generasi muda itu memerlukan kerja sama yang kuat antarnegara lewat forum-forum konsultasi di berbagai organisasi parlemen di setiap negara anggota.
Menurut Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, sidang pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia yang berlangsung hingga Rabu (26/10) dini hari itu, dihadiri seluruh pimpinan MPR RI yang dipimpin Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo.
Pada sidang itu, ungkap Rerie, peserta secara musyawarah mufakat menyepakati dibentuknya Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia yang digagas oleh MPR Republik Indonesia.
Sejumlah kesepakatan dalam pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Dunia itu, jelas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, merupakan bagian dari upaya negara-negara anggota ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, sesuai dengan komitmen terhadap semangat Dasasila Bandung dan amanah Pembukaan UUD 1945.
Selain itu, tambahnya, forum tersebut diharapkan sebagai wadah konsultasi dan kerja sama para anggota untuk mengatasi tantangan dunia yang menjadi kepentingan bersama, seperti masalah kemanusiaan, sumber daya alam, lingkungan hidup, keadilan, peran perempuan, dan generasi muda.
Upaya mengedepankan isu peran generasi muda dalam forum tersebut, menurut Rerie, merupakan bagian upaya menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda yang lahir pada 1928.
Dengan kolaborasi antarnegara yang kuat dan didorong semangat kebangsaan yang kita miliki, Rerie yakin, berbagai tujuan mulia yang ingin dicapai bersama bisa diwujudkan.
Rerie berharap, melalui Forum Majelis Permusyawaratan Dunia, negara-negara anggotanya bisa berjuang bersama-sama dengan berbagai lapisan rakyat dunia dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan dunia.
(Edi D/Red)