Menyadari pentingnya sektor pertanian sebagai penopang perekonomian terbesar kedua di Indonesia, tim riset dari Departemen Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Pemetaan Lahan (SIPETA). Melalui Forum Group Discussion (FGD), aplikasi tersebut dikenalkan kepada stakeholder terkait di Jombang.
Ketua tim riset Prof Erma Suryani ST MT PhD menjelaskan bahwa timnya tidak bekerja sendiri, melainkan berkolaborasi dengan sejumlah pihak. Antara lain bersama Universitas Brawijaya (UB), Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pojok Kulon. Erma menyebut kolaborasi ini untuk mendesain dan menciptakan inovasi teknologi informasi yang dapat menjadi katalis terbentuknya ekosistem pentahelix. “Di dalamnya terdapat unsur akademisi, industri, komunitas, pemerintah, dan media,” bebernya.
Lebih lanjut, guru besar Sistem Informasi tersebut menyebut pemilihan Kabupaten Jombang sebagai mitra adalah karena Kabupaten Jombang merupakan pilot project manajemen rantai pasok industri pertanian di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, track record antara timnya dan stakeholder tersebut sudah terbentuk sejak lama. “Dengan begitu, harapannya Dinas Pertanian Kabupaten Jombang benar-benar mendukung penelitian kami,” tuturnya penuh harap, Selasa(18/10/2022)
Untuk memastikan kesesuaian fitur pada aplikasi SIPETA bisa memenuhi kebutuhan mitra, maka dilakukan FGD tersebut. Nantinya, lanjut Erma, setelah dilakukan sesi diskusi timnya akan melakukan revisi terkait apa saja yang perlu diubah. Hingga pada 5 November nanti akan dilakukan testing kepada user. “Lalu kami akan melakukan workshop dan pelatihan penggunaan aplikasi pada 12 dan 15 November nanti,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang Ir Much Rony MM mengungkapkan, hasil panen padi di Kabupaten Jombang amat melimpah. Akan tetapi, terdapat kasus di mana daerah tersebut kehabisan persediaan padi, sehingga harus membeli dari kabupaten lain. Dalam artian, hasil panen tersebut tidak terdistribusi di Kabupaten Jombang secara maksimal. Sehingga menurutnya, perlu dilakukan tracing pendistribusian hasil panen. “Tentunya agar kebutuhan lokal terpenuhi terlebih dahulu,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Komoditas Pertanian (Askom) Kabupaten Jombang Supraptono mengatakan, tracing harga komoditas pertanian perlu dilakukan secara realtime. Selain itu, mengingat kondisi iklim yang semakin tidak menentu, ia berpendapat penting untuk melakukan prediksi cuaca dan pemetaan komoditas apa yang harus ditanam sesuai dengan musim saat itu. “Tujuannya agar tidak terjadi overproduksi, sehingga hasil panen terbuang percuma dan petani menjadi rugi,” sebutnya.
Di lain sisi, Ketua Gapoktan Pojok Kulon Jombang Hudi berpendapat, para petani belum terlalu mengerti cara berinvestasi. Padahal menurutnya, investasi ini dapat menjadi salah satu faktor pendorong kemajuan pertanian di Kabupaten Jombang. Ia juga mengatakan kesamaan pandangan terhadap pendapat yang disampaikan oleh dua stakeholders sebelumnya.
Menjawab pemaparan kebutuhan para stakeholders terkait, Erma melanjutkan sesi acara dengan memaparkan fitur-fitur apa saja yang terdapat dalam aplikasi SIPETA. Secara umum, SIPETA memiliki sembilan layanan. Yakni layanan informasi harga, pengguna, budidaya, infrastruktur, operasional, strategis, pendukung keputusan, prediksi, hingga peringatan dini. Para peserta juga dapat mengakses aplikasi tersebut melalui link https://sipeta-kedaireka.com/.
Usai melakukan pemaparan, alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini berharap, aplikasi yang dirancang timnya tersebut akan benar-benar bermanfaat untuk semua pihak. Terutama untuk Dinas Pertanian, Gapoktan, Askom, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), hingga petani dan stakeholder lainnya yang terkait. (mad/hjr)