Yogyakarta – Acara pengukuhan penganugrahan gelar Doctor Honoris Causa kepada Muhammad Habib Chirzin dalam bidang Sosiologi Perdamaian dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu 21 September 2022, berlangsung di Gedung Prof. R.A.H. Soenarjo SH., penuh hidmat, 21/09/2022.
Hadir sejumlah Rektor Perguruan Tinggi se Jawa, termasuk Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haidar Nashir bersama sejumlah guru besar lain serta Kyai dari berbagai pondok pesantren. Falam sambutannya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir meyakinkan pada hadirin bila promovendus sesungguhnya sudah layak menyandang gelar Doktor sejak 50 tahun lalu.
Sebagai aktivis penggerak kesadaran dan pemahaman perdamaian dunia, Pembina Utama GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) dan Pembina Pondok Pesantren Pabelan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Habib Chirzin memang memiliki jaringan yang sangat luas dengan sejumlah aktivis penggerak kesadaran perdamaian di berbagai manca negara.
Demikian pengakuan Mas Habib, begitulah sapaan akrab umumnya aktivis mahasiswa pada tahun 1980-an di Yogyakarta, juga mengaku mendapat dukungan dan dorongan dari kalangan aktivis senior lainnya, seperti Dawam Raharjo (LP3ES), Gus Dur, Adi Sasono, Ismid Hadad untuk terus terlibat dan aktif dalam beragam kegiatan pondok pesantren serta pengembangan masyarakat dan jerjasana antar bangsa.
Secara khusus, Kyai Hammam Djakfar, pendiri pondok Pabelan diakuinya pula sebagai pembuka ruang belajar dan dialog tentang makna perdamaian, kebahagiaan dan etika pembangunan lewat dipondok pesantren Pabelan pada tahun 1974 hingga tahun 1981.
Bahkan dalam puncak pidato pengukuhan penganugrahan Doctor Honoris Causa yang disampaikannya di hadapan Sidang Senat Terbuka UIN Sunan Kalijada, Yogyakarta, Habib Chirzin mengakui peran besar Kyai Hammam Djakfar mempertemukan, melamar hingga mengakadnikahkan dirinya dengan Sri Hindun Fauziah seorang alumni pondok pesantren Pabelan yang telah memberinya dua buah hati bernama Ahmad Fikri Arief dan Muhamnad Farhan Navis, dan kini telah memberinya pula dua orang cucu yang manis, bernama Noura Halima Hikami, Ayudia Inara Arkadewi yang selalu mendampingi dan menjadi penyemangat aktivitasnya yang yang tak pernah surut hingga melampaui usia 73 tahun pada 8 Januari 2022 silam.
Ketauladanan dari Habib Chirzin setidaknya menurut Dr. Sulihan dari UIN Semarang adalah kecermatan dan ketekunannya dalam mendokumentasikan semua aktivitas dan kegiatanya yang begitu padat. Sehingga Rektor
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merasa perlu untuk mengungkap “kecemburuan sosialnya” tentang kiprah Habib Chirzin yang juga telah mengunjungi sejumlah negara yang terpaut dengan aktivitas dan kegiatannya.
Prof.Dr. H. M Amin Abdullah sebagai promotor Penganugrahan Gelar Doctor Honoris Causa untuk Drs. Muhammad Habib Chirzin mengungkapkan upaya untuk menyemai benih-benih perdamaian sudah cukup lama menjadi perhatian kalangan akademisi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sudah dikenal sebagai pioner untuk mewujudkan perdamaian melalui dialog antar agama atau dialog antar iman (interfaith dialogue). Atau yang juga sering disebut studi perdamaian , rekonsiliasi konflik dan dialog antar budaya di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam kontribusinya mewujudkan perdamaian, baik pada level lokal, nasional maupun internasional.
Meski begitu, upaya tersebut perlu dioptimalkan mengingat dinamika keilmuan yang sangat pesat berkembang, seiring dengan beragam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, termasuk pandemi Covid-19. Adapun kontribusi dan peran promovendus juga terlihat dari beragam penghargaan yang diberikan dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari The Aga Khan Award for Architecture (1980) hingga mengangkat nama Pondok Pesantren Pabelan dan menjabat sebagai Dewan Pembina pesantren tersebut hingga kini.
Dan konsistensi Habib Chirzin hendak mewujudkan perdamaian dunia mendapat apresiasi dari Interreligius and International Federation for The Warld Peace dalam wujudkan sebagai “Ambassador of The Peace” pada dua puluh tahun silam (2002). Lalu pada 20 tahun kemudian (2022) memperoleh pengakuan dan penghargaan sebagai Ikon Prestasi Pancasila dari BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) untuk kategori Penggerak Lintas Iman.
Apresiasi yang tak kalah bergengsi untuk Habib Chirzin mendapat sambutan spesial dari sahabat dan kerabat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang didirikannya bersama Gus Dur, Susuhunan Paku Buwono XII, Habib Chirzin, Banthe Panyavaro Mahathera, Cok Gde Agung Gde Made Suyasa dan srjumlah tokoh serta pemuka agama-agama di Indonesia sejak awal GMRI berdiri dengan akte notaris, resmi diketuai oleh Eko Sriyanto Galgendu hingga sekarang. Habib Chirzin pun, selain sebagai pendiri GMRI, juga dipercaya menjabat Ketua Dewan Pembina Utama organisasi non profit itu yang hendak membangun kesadaran kebangkitan dan pemahaman spiritual bangsa Indonesia untuk memimpin dunia dengan peradaban baru yang lebih segar dan religius bagi kedamaian manusia. (*)