
Jakarta – Dalam melakukan tugas dan fungsi serta pekerjaan di Kementerian Keuangan, data menjadi bagian yang penting dalam pengambilan keputusan, bukan hanya untuk kepentingan perubahan iklim dan meteorologi, tapi juga dalam hampir setiap sektor pembuatan kebijakan. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara saat menyampaikan pidato pembuka pada acara ‘Science Day Roundtable Breakfast COP 27’ yang diadakan oleh the Coalition of Finance Minister for Climate Action di Mesir, Kamis (10/11).
“Jadi begitulah, saya bisa berbicara dengan teman ilmuwan saya, yakinkan kami dengan data. Dan selain itu kami memastikan juga staf-staf kami di Kementerian Keuangan juga dapat memahami data tersebut,” terang Wamenkeu.
Wamenkeu menyampaikan apresiasi atas upaya Koalisi untuk menghubungkan data keuangan, iklim, dan ekonomi. Desain kebijakan ekonomi memang perlu mempertimbangkan data iklim, termasuk untuk mengukur dampak perubahan iklim terhadap masyarakat.
“Jadi ini sangat penting. Saya rasa saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Organisasi Meteorologi Dunia untuk membicarakan hal ini dan kemudian menghubungkan satu sama lain,” lanjut Wamenkeu.
Pada kesempatan ini, Wamenkeu menyampaikan bahwa di dalam negeri, Indonesia sedang berusaha membangun pendanaan (pooling fund) untuk mengendalikan risiko bencana di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara archipelago, risiko terjadi bencana alam di Indonesia relatif tinggi. Oleh karena itu, pemerintah bermaksud untuk melindungi masyarakat apabila terjadi bencana, salah satu caranya adalah dengan memindahkan atau mengurangi risiko tersebut melalui asuransi.
Namun demikian, Wamenkeu mengatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah bagaimana menghitung risiko dari bencana alam di Indonesia. Model risiko bencana yang lebih akurat hanya akan bisa didapat kalau Indonesia dapat mempunyai data yang memadai. (Edi D/Hms)